ECONOMIC ZONE - Setelah tiga tahun merger, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mematahkan mitos bahwa bank syariah sulit berkembang. Kini, BSI hasil merger PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS), PT Bank Syariah Mandiri (BSM), dan PT Bank BNI Syariah (BNIS) justru berkembang dan memperluas ekspansi hingga ke pasar internasional. BSI bertekad masuk dalam Top 10 Global Islamic Bank dalam waktu lima tahun.
Diungkapkan Direktur Utama BSI Hery Gunardi, BSI sebagai hasil merger tiga bank syariah milik Himbara mempunyai kekuatan. Namun, langkah pascamerger selanjutnya sangat menentukan.
“Pasca merger, bank ini kami kelola dengan governance yang bagus, risk management yang framework-nya bersandarkan best practise, sehingga kami bisa berkembang. Jadi beberapa mitos yang menyebutkan bank syariah tidak bisa berkembang, kemudian mitos soal SDM, lalu mitos teknologi dan digitalnya ketinggalan, itu enggak ya [tidak terjadi],” ujar Hery dalam acara Booktalk Roadshow “Elephant Learns Flamenco” yang di Solo, pada Senin (14/10).
Sementara itu, Direktur Manajemen Risiko BSI Grandhis Helmi Harumansyah menambahkan, proses merger sukses menyatukan tiga bank syariah besar milik pemerintah tersebut sehingga menjadi satu entitas kuat meski di tengah tantangan pandemi. Dia menegaskan, kolaborasi strategis merupakan elemen kunci dalam keberhasilan merger yang menjadi cikal bakal BSI.
“Kolaborasi strategis menjadi kuncinya. Merger ini bukan hanya menyatukan aset dan sumber daya, tapi juga menyatukan nilai-nilai syariah yang menjadi fondasi kami di BSI dalam melayani masyarakat. Kami menyadari bahwa kunci sukses merger ini terletak pada harmonisasi budaya, visi bersama yang jelas, serta governance yang baik” ujarnya.
Proses merger BSI, lanjut Grandhis dimulai dengan tantangan besar, yaitu menyatukan tiga bank yang memiliki budaya kerja berbeda, namun nilai AKHLAK dari Kementerian BUMN sangat membantu integrasi tersebut.
“BSI sangat beruntung saat merger dilakukan, Kementerian BUMN sudah memperkenalkan core values AKHLAK. Nilai-nilai ini menjadi bagian dari budaya kami, jadi kami tidak perlu lagi merumuskan nilai-nilai baru. Semua pegawai bisa langsung menginternalisasikan AKHLAK, sehingga merger bisa berjalan dengan lancar meskipun masing-masing legacy membawa budaya yang berbeda,” katanya.
Grandhis menekankan bahwa salah satu faktor kunci dalam kesuksesan merger adalah adanya governance yang jelas. Dengan governance yang baik, integrasi antara bank-bank tersebut bisa berjalan tanpa adanya masalah besar terkait integritas
"Tanpa governance yang kuat, akan muncul banyak celah yang bisa dimanfaatkan untuk melanggar aturan dan kepatuhan, yang pada akhirnya dapat menimbulkan masalah besar dalam organisasi. Governance yang baik tidak hanya menjadi pagar pengaman, tetapi juga fondasi bagi integritas dan keberlanjutan bisnis kami di BSI."
Menjadi Bank Syariah Global
Grandhis menjelaskan, visi BSI untuk masuk ke jajaran Top 10 Global Islamic Bank dimulai dengan tujuan yang jelas dan ambisius, yaitu menjadi salah satu dari Top 10 Global Islamic Bank dalam waktu lima tahun.
"Kita perlu memiliki purpose yang jelas, visi dan misi yang dideklarasikan dengan tegas, tetapi juga harus dipecah menjadi langkah-langkah konkret yang dapat dicapai dalam jangka waktu singkat, sehingga masuk akal dan bisa diukur. Dengan cara ini, setiap individu dalam organisasi bisa melihat kontribusinya langsung terhadap pencapaian tujuan besar tersebut."
Hal tersebut akhirnya terbukti bisa terwujud. BSI yang pasca merger langsung masuk ke jajaran top 10 bank terbesar Tanah Air dari sisi kapital, langsung menangkap potensi besar di sektor perbankan syariah dunia. Pada saat yang sama, BSI juga terus memperkuat transformasi dan inovasi demi meningkatkan pelayanan kepada para nasabahnya.
"Ketika BSI pertama kali dibentuk, tidak ada yang membayangkan kami bisa menjadi bank global. Namun dengan visi yang jelas, kami berhasil masuk jajaran Top 10 dalam lima tahun."
Hasil merger tiga bank syariah milik Himbara juga menjadi pijakan yang kokoh dan bermanfaat besar bagi BSI. BSI kini memiliki customer base terbesar di dunia, mencapai 20,46 juta nasabah, tumbuh 6,05 juta dalam tiga tahun sejak merger pada Februari 2021.
Pada usia tiga tahun, BSI juga berhasil mencapai target Return on Equity (ROE) di atas 18% dan masuk dalam Top 10 Global Islamic Banks berdasarkan kapitalisasi pasar, satu tahun lebih awal dari target yang ditetapkan pada 2025.
Sementara di pasar modal, saham BSI yang berkode bursa BRIS menunjukkan tren positif. BRIS mampu menunjukkan kinerja baik dan mencapai all-time high (ATH) Rp3.180 per saham pada 17 September 2024, dengan kapitalisasi pasar Rp143,46 triliun. Pencapaian ini menempatkan BRIS di peringkat ke-13 terbesar di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Ini menjadikan BSI sebagai bank syariah dengan kapitalisasi pasar terbesar ke-9 secara global, di bawah Bank Albilad dan Dubai Islamic Bank.
Komentar