ECONOMIC ZONE - Jakarta - Siapa tidak kenal dengan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN)? Seluruh Indonesia mengenalnya sebagai Raja KPR (Kredit Pemilikan Rumah). Hampir seluruh rumah pertama yang dimiliki masyarakat khususnya masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dibiayai oleh Bank BTN.
Bank BTN yang merupakan bank yang fokus pembiayaan perumahan telah genap berusia 74 tahun pada 9 Februari 2024 lalu. Dalam usia yang sudah terbilang matang ini, telah banyak prestasi yang ditorehkan perseroan. Bahkan tidak diragukan lagi peran perseroan dalam berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi melalui sektor properti.
Dalam usianya yang ke-74 tahun, perseroan telah berhasil membuktikan kepada pemerintah, stakeholder dan rakyat Indonesia untuk terus setia mengemban amanah melakukan pembiayaan perumahan khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Mengacu data BTN, Dari total 5,2 juta unit rumah yang telah dibiayai Bank BTN selama 74 tahun sekitar 4,05 juta dinikmati oleh MBR melalui fasilitas KPR Subsidi.
Jika melihat fenomena tersebut, wajarlah tema HUT BTN ke-74 tahun ini adalah "Peran BTN Membangun Peradaban dan Masa Depan Bangsa". Karena sesungguhnya peradaban lahir dari rumah yang dibangun bersama-sama pasangan suami istri beserta anaknya. Dari rumah juga lahir generasi-generasi emas yang menjadi tumpuan masa depan dalam memajukan bangsa Indonesia ini.
Ini dibuktikan, banyak para petinggi negeri ini yang awal memiliki rumah pertama dibiayai oleh Bank BTN. Sebut saja Presiden Republik Indonesia ke-6 yakni Susilo Bambang Yuhdhoyono (SBY) yang memanfaatkan KPR BTN untuk rumah pertamanya. Dari rumah pertamanya ini lahirlah anak-anak yang saat ini juga memiliki peran penting dalam pembangunan Indonesia ke depan.
Apa yang dialami SBY, juga dirasakan oleh salah satu penerima program KPR Subsidi, Herman Hendrawan (29) ketika ditemui mengungkapkan rasa haru dan bahagianya karena pengajuan KPR rumah pertama yang selama ini didambakan diterima untuk akad kredit.
Menurut Herman yang sehari-hari bekerja sebagai karyawan swasta di salah satu pabrik komponen otomotif di Cibitung itu, setelah melihat lokasi perumahan, kemudian memilih unit yang akan dibeli dan pengajuan untuk daftar KPR akhirnya tidak sampai seminggu langsung akad kredit dan memilih kavling rumah yang diinginkan.
“Ini kado buat istri dan anakku,” kata pria berusia 29 tahun itu.
Hal yang sama juga diungkapkan Ali Rahman (27), salah satu buruh pabrik yang mendapatkan pembiayaan KPR Subsidi dari BTN. Dengan cicilan yang terjangkau, Ali berhasil membangun rumah tangga yang bahagia bersama seorang istri dan dua orang anaknya.
“Kelak saya berharap anak-anak kami masa depannya akan lebih cerah dengan pendidikan yang lebih tinggi. Kami berterima kasih kepada Bank BTN yang mewujudkan mimpi kami memiliki rumah impian,” ujarnya.
Selain program pemerintah, hal itu juga tidak terlepas dari kehadiran Bank BTN sebagai perbankan nasional yang menyediakan pembiayaan perumahan dalam mewujudkan mimpi masyarakat untuk memiliki rumah.
Direktur Utama Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Nixon LP Napitupulu mengatakan pengembangan sektor perumahan dapat menjadi mesin penggerak pertumbuhan ekonomi nasional dan berdampak terhadap 185 sub-sektor turunnya yang turut berkontribusi dalam pengembangan ekosistem perumahan, terutama pada segmen perumahan sederhana memberikan dampak yang sangat besar.
“Pembangunan perumahan akan menciptakan kawasan ekonomi baru dalam lingkungan tersebut. Ada pasar, sekolah, rumah sakit, salon, tukang cukur dan berbagai pedagang kuliner pastinya akan hadir dalam satu kompleks perumahan," kata Nixon.
Di sisi lain, rumah sederhana juga menggunakan 90% produk lokal untuk membangun satu unit rumah, dan dari tenaga kerja sektor perumahan memberikan peluang untuk mengembangkan lapangan kerja di Indonesia, karena rata-rata setiap 1 rumah membutuhkan 5 tenaga kerja. Artinya kalau ada 100.000 unit rumah yang dibangun maka diperlukan tenaga kerja sebanyak 500.000 orang.
“Sektor perumahan akan mendorong ekonomi dalam negeri kita terus bergerak dan Kami merupakan mitra pemerintah yang aktif dalam mensejahterakan rakyat dari sisi papan atau kepemilikan rumah,"ungkapnya.
Lebih lanjut, sejak 74 tahun berdiri Bank BTN telah mewujudkan rumah impian ke lebih dari 5 juta keluarga di Indonesia.
Pencapaian tersebut tidak lepas dari upaya perseroan senantiasa menghadirkan program maupun produk yang inovatif yang tidak hanya membantu masyarakat tapi juga seluruh stakeholder sektor properti.
Ketua Umum Realestat Indonesia (REI) Joko Suranto menilai tercetusnya Program Sejuta Rumah patut didukung oleh seluruh pemangku kepentingan di sektor perumahan, termasuk pengembang perumahan.
Program di bidang perumahan rakyat itu kata Joko Suranto, harus terus dipertahankan dan dilanjutkan karena akan sangat membantu masyarakat berpenghasilan rendah untuk memiliki rumah yang layak huni secara mudah dengan bantuan uang muka kecil, suku bunga rendah dan tenor yang lebih panjang.
Apalagi tambah Joko, jumlah penduduk Indonesia semakin bertambah dan kebutuhan rumah juga semakin tinggi.
"REI akan terus men-support Program Sejuta Rumah ini dengan segala upaya agar backlog perumahan cepat dituntaskan," kata Joko beberapa waktu lalu.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Survei Sosial Ekonomi (Susenas) 2023 tercatat bahwa angka backlog kepemilikan rumah sepanjang tahun 2023 turun menjadi 9,9 juta unit dari tahun sebelumnya yaitu 10,5 juta unit.
Tren angka backlog kepemilikan rumah ini terus mengalami penurunan dari 12,75 juta unit pada tahun 2020 menjadi 12,72 unit di 2021. Angkanya berkurang lagi menjadi 10,51 juta unit pada tahun 2022 dan menjadi 9,95 juta unit di tahun 2023
Di sisi lain, sektor properti berpotensi memberikan efek berganda kepada 185 sub sektor perumahan mulai dari material, furnitur, interior, elektronik, alat-alat dapur, hingga industri penyedia jasa.
Melihat manfaat yang lebih besar ini, sudah seyogyanya pemerintah mengalokasikan anggaran yang lebih besar untuk sektor perumahan, dan menjadi perhatian utama khususnya dalam menggelontorkan anggaran KPR Fasilitas likuiditas Pembiayaan Perumahan(FLPP) yang lebih besar lagi atau minimal sama dengan anggaran subsidi Kredit Usaha Rakyat (KUR) setiap tahunnya.
Adapun pemerintah melalui Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) mengalokasikan dana untuk penyaluran Fasilitas Likuiditas Pembiyaan Perumahan (FLPP) pada tahun 2024 bagi masyarakat berpenghasilan rendah menilai Rp13,72 triliun dengan jumlah penyaluran 166.000 unit, jauh lebih rendah dibandingkan anggaran subsidi untuk penyaluran KUR tahun 2024 yang mencapai Rp47,78 triliun. Pasalnya, Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal akan lahir dari rumah yang nyaman dan layak untuk dihuni.
Kita tunggu saja, gebrakan pemerintahan baru dengan sektor perumahan menjadi prioritas dan unggulan. Jika ini bisa diwujudkan maka akan mudah membangun peradaban dan masa depan bangsa yang lebih baik lagi. Tentu dengan dukungan pembiayaan dari Bank BTN. Semoga saja!
Komentar